“SEMA Nomor 1 Tahun 2017 menyoroti pidana bersyarat untuk anak, mengutamakan keadilan restoratif dan perlindungan hak anak dalam proses hukum.”
Pidana bersyarat terhadap anak adalah topik yang sensitif dan memerlukan pendekatan yang cermat. Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1 Tahun 2017, ditetapkan aturan pidana bersyarat bagi anak yang berorientasi pada perlindungan serta pengembangan karakter anak. Regulasi ini tidak hanya menjunjung tinggi asas keadilan, tetapi juga mempertimbangkan masa depan anak dalam kerangka rehabilitasi.
Ketentuan Pidana Bersyarat
SEMA ini mengatur bahwa apabila seorang anak dijatuhi pidana bersyarat (masa percobaan), syarat khusus harus diikuti untuk memastikan bahwa pidana tersebut berjalan sesuai prinsip restorative justice. Masa pidana dengan syarat khusus ditetapkan lebih panjang dibandingkan dengan syarat umum, tetapi tidak boleh melebihi tiga tahun. Hal ini dirancang untuk memberikan waktu yang cukup bagi pembimbingan dan pengawasan, tanpa memberatkan anak secara berlebihan.
Dalam amar putusan, syarat khusus ini harus mencantumkan ketentuan Pasal 73 Ayat (7) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Ketentuan ini mengamanatkan bahwa selama menjalani masa pidana bersyarat, Penuntut Umum bertanggung jawab atas pengawasan, sementara Pembimbing Kemasyarakatan bertugas memberikan bimbingan agar anak menepati persyaratan yang ditetapkan.
Pendekatan Konstruktif dalam Pidana Bersyarat
Pidana bersyarat terhadap anak harus bersifat konstruktif dan tidak boleh menghambat proses belajar maupun perkembangan psikis anak. Selain itu, pelaksanaan pidana bersyarat harus disusun sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kesulitan yang tidak perlu bagi anak maupun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya.
Bagi anak yang masih menjalani pendidikan formal, pelatihan kerja sebagai pengganti pidana denda harus dilakukan di luar jam sekolah. Lokasi pelatihan dapat diselenggarakan di Balai Latihan Kerja (BLK) atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang terdekat dengan tempat tinggal anak. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara tanggung jawab hukum anak dan haknya atas pendidikan.
Melindungi Masa Depan Anak Melalui Keadilan Restoratif
SEMA Nomor 1 Tahun 2017 adalah bukti nyata bahwa hukum dapat berjalan selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan. Pendekatan ini tidak hanya memberikan efek jera, tetapi juga mendukung anak dalam mengembangkan potensi dirinya. Dengan regulasi ini, Mahkamah Agung telah memberikan kerangka kerja yang menempatkan anak sebagai subjek yang perlu dibimbing, bukan sekadar dihukum.
Pidana bersyarat yang diatur dalam SEMA ini mengingatkan kita akan pentingnya menciptakan sistem peradilan yang adil, manusiawi, dan berorientasi pada masa depan. Dalam setiap putusan, terdapat peluang untuk memberikan dampak positif yang melampaui sekadar hukuman, tetapi juga membentuk generasi yang lebih baik untuk masa depan bangsa.
Share this:
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
- Click to share on Telegram (Opens in new window) Telegram
- Click to share on X (Opens in new window) X
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
- Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
- Click to share on Threads (Opens in new window) Threads
- Click to print (Opens in new window) Print
- Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email